Kualitas perusahaan ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, dan kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurut para ahli, kultur perusahaan dapat mempengaruhi performa karyawan hingga tiga puluh persen. Karena itu, mengembangkan kultur yang baik menjadi salah satu tantangan besar dalam dunia bisnis, terutama perusahaan yang baru berkembang.
Terlebih lagi, merekrut karyawan yang sesuai serta dapat menyuburkan kultur perusahaan juga bukan hal mudah. Banyak perusahaan yang masih berusaha mencari jati diri kultur mereka. Kondisi tidak pasti ini bisa berujung pada turnover karyawan yang tinggi, sehingga menurunkan produktivitas dan berujung pada kerugian.
Apa itu kultur perusahaan?
Sebelum mulai menciptakan kultur perusahaan, kita perlu tahu dahulu apa yang dimaksud sebagai kultur perusahaan. Kultur perusahaan pada dasarnya adalah bagaimana cara perusahaan berinteraksi dengan para karyawan. Ini meliputi perilaku, nilai-nilai, serta kepercayaan yang ditanamkan dalam organisasi supaya seluruh anggota terarah ke tujuan akhir yang sama.
Pengaplikasian kultur perusahaan harus menyeluruh, mulai dari lapisan manajemen hingga pekerja lapangan. Dengan kultur yang kuat, karyawan akan lebih mencintai pekerjaan mereka. Mereka akan lebih termotivasi, dan pada akhirnya akan menjadi lebih produktif.
Kultur juga merupakan salah satu pilar identitas brand perusahaan. Image perusahaan di mata masyarakat akan terbentuk akibat kultur tersebut. Jadi kultur positif penting sekali untuk kepuasan konsumen maupun kepuasan para karyawan sendiri.
Lima kiat singkat
Kevin King, Marketing Lead dari Bambu membagi lima langkah mudah yang bisa kamu terapkan untuk memperkuat kultur perusahaan, yaitu:
- Beri dukungan dari atas. Kultur perusahaan harus ditumbuhkan mulai dari tingkatan hierarki teratas. Pada atasan dan manajer harus menjadi teladan bagi nilai-nilai yang mereka inginkan dalam karyawan lainnya. Berdasarkan survei, 89 persen karyawan yang merasa didukung oleh para atasan akan lebih puas akan pekerjaan mereka.
-
- Belajar mendengarkan. Karyawan yang didengarkan adalah karyawan yang bahagia. Terkadang, dalam sebuah perusahaan ada orang-orang yang tidak pernah bekerja bersama karena beda posisi. Mengumpulkan orang-orang ini sesekali untuk brainstorming bisa memunculkan ide-ide hebat yang tak terpikirkan sebelumnya.
- Merekrut dengan hati-hati. Perekrutan karyawan juga berperan krusial dalam membentuk kultur. Bila kamu mewawancara calon karyawan, pastikan kamu paham apa visi jangka panjang tiap kandidat untuk karier mereka. Kamu juga perlu berkolaborasi dengan karyawan lama untuk meminta rekomendasi calon kandidat.
- Sadari pentingnya komunikasi. Menurut survei, 86 persen karyawan merasa bahwa kegagalan di tempat kerja berawal dari kolaborasi atau komunikasi yang tidak efisien. Penting sekali untuk mengkomunikasikan nilai-nilai dan visi perusahaan pada para seluruh karyawan. Dengan memahami visi perusahaan, karyawan akan bekerja dengan mengikuti mindset tertentu, sehingga seluruh pekerjaan yang ada akan berubah menjadi sebuah kolaborasi besar.
- Fasilitasi feedback. Manajemen top-down di mana karyawan level rendah hanya bisa tunduk pada atasan adalah sistem yang sudah kuno. Di era modern ini, para eksekutif pun harus bersikap terbuka dan mau mendengarkan ide bawahannya. Buat kebijakan open-door di perusahaan, sehingga setiap orang bisa menyampaikan keluhan dan masukan mereka pada siapa saja. Pastikan juga para karyawan menerima feedback reguler atas kinerja mereka.
Kesalahan umum dalam membentuk kultur
Perilaku yang salah dalam membangun kultur bisa menghancurkan rasa percaya diri karyawan, merusak reputasimu, serta membuat karyawan tidak betah. Hindari praktik berikut:
- Membangun tim tanpa planning. Kultur perusahaan harus berjalan di seluruh level karyawan. Karena itu, kamu harus cermat menentukan bagaimana dan kapan kamu merekrut orang baru ke dalam. Pastikan kandidat memiliki ambisi, tujuan, dan karakteristik yang dibutuhkan perusahaanmu.
- Membangun kultur di atas rasa takut. Rasa takut bisa menjadi jalan pintas untuk memotivasi karyawan, tapi bukan cara yang baik untuk mencapai kesuksesan. Ketika para karyawan merasa takut, mereka akan enggan masuk kerja, merasa stres, serta tidak bisa berinovasi. Kultur perusahaan haruslah didasarkan pada rasa nyaman, kemauan untuk mencoba hal baru, serta dukungan terhadap para karyawan.
- Tidak ada transparansi. Kultur yang hebat akan tumbuh subur di atas transparansi. Kamu tidak bisa membuat karyawan cinta pada perusahaan bila mereka tidak tahu apa yang terjadi di perusahaan tersebut. Bila tiap orang merasa tidak berkontribusi terhadap perusahaan keseluruhan dan hanya terkungkung dalam lingkup kerja masing-masing, mereka akan merasa tidak nyaman. Karena itu pastikan visimu bisa diterapkan secara universal.
Kultur perusahaan adalah “lem” yang bisa mengikat hati para karyawan, memperbaiki hubungan yang retak, serta meningkatkan produktivitas. Namun kultur tidak bisa muncul secara instan atau kebetulan. Kamu butuh perencanaan, implementasi, serta analisa untuk menumbuhkannya. Dengan kultur yang baik, perusahaan akan menjadi seperti keluarga: nyaman, terbuka, dan saling mendukung demi kesejahteraan bersama.