5 Langkah Menghadapi Nepotisme di Tempat Kerja

0
1870

Nepotisme adalah salah satu praktik yang hingga kini masih banyak terjadi di dunia kerja. Dalam nepotisme, seseorang mendapat perlakuan baik (kenaikan jabatan, pemberian proyek, dan lainnya) karena ia memiliki hubungan pertemanan atau kekeluargaan dengan seorang petinggi. Kondisi ini tidak sehat dan bisa memunculkan konflik di antara para karyawan.

Ironisnya, nepotisme terkadang justru menguntungkan. Sebagai contoh, keluarga bisa menjadi kandidat pemimpin yang lebih baik karena ia sudah mengerti seluk-beluk perusahaan sejak lama. Mungkin ia mengetahui rahasia atau kondisi perusahaan yang tidak diketahui karyawan biasa. Keluarga juga lebih bisa dipercaya orang lain yang belum jelas kredibilitasnya.

Baik atau buruknya nepotisme tergantung dari kualifikasi si kandidat, transparansi dalam proses pemberian jabatan, dan berbagai faktor lain. Tapi bila kamu merasa nepotisme telah menjadi masalah di tempat kerja, sehingga mempengaruhi kenyamanan dan pertumbuhan kariermu, lima cara ini bisa kamu terapkan untuk menghadapinya.


Menahan emosi

Kamu merasa terjadi suatu hal yang tidak adil. Seharusnya kamu yang mendapat promosi, bukan si karyawan lain yang mendapat keuntungan gara-gara nepotisme. Perasaan-perasaan seperti ini dapat membuatmu emosi, dan mengambil keputusan saat emosi bukan ide bagus. Sebelum melakukan apa pun, mundurlah sejenak untuk menenangkan diri.

Ingat, hanya karena orang yang dipromosikan itu punya hubungan keluarga atau pertemanan dengan bos, belum tentu ini praktik nepotisme. Cek lagi kualifikasi yang ia miliki, siapa tahu ia memang orang yang tepat. Tarik napas panjang, kemudian telaah kembali situasi di sekitarmu. Jangan terpicu oleh kemarahan sesaat.


Tetap bersikap profesional

Bila memang benar terlah terjadi nepotisme, langkah berikutnya yang harus kamu lakukan adalah menjaga performa. Karyawan lain boleh jadi tidak punya kualifikasi, tapi itu bukan alasan untuk membuatmu “turun level” seperti dirinya. Kamu tidak bisa mengendalikan perilaku orang lain, tapi kamu bisa mengendalikan perilakumu sendiri.

Jangan malas, bolos kerja, atau menebar gosip di kantor gara-gara terjadi nepotisme. Kamu boleh curhat kepada suami, istri, atau orang-orang terdekat, tapi saat di kantor, kamu tetap harus bersikap profesional dan memenuhi tanggung jawab dengan baik. Lakukan ini, bahkan meskipun kamu sudah berencana untuk resign dari perusahaan.

Nepotism | Photo 1


Mendokumentasikan hasil kerja

Sangat menyebalkan bukan, bila kamu diabaikan padahal sudah memiliki prestasi yang signifikan? Karena itulah kamu perlu mendokumentasikan hasil kerjamu. Kamu tidak perlu berusaha menjatuhkan orang lain (meskipun dia terlibat nepotisme), tapi kamu harus fokus pada hasil kerja yang terukur.

Bila kamu mengajukan diri untuk promosi jabatan atau menangani proyek tertentu, data dalam dokumentasi tersebut bisa kamu jadikan acuan. Gunakan angka-angka agar lebih meyakinkan, misalnya bahwa kamu berhasil mendatangkan revenue sekian juta rupiah atau menumbuhkan audiens hingga sekian persen.


Berbicara dengan orang yang tepat

Membicarakan nepotisme di kantor adalah hal yang berbahaya. Bila kamu melayangkan komplain pada orang yang tidak tepat, komplain itu bisa jadi bumerang bagi dirimu sendiri. Jangan melapor pada kru HR. Carilah sosok “kawan pihak ketiga”, yaitu seseorang yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan namun tidak terlibat dalam nepotisme yang terjadi.

Bersama dengan “pihak ketiga” tadi, kamu bisa berdiskusi tentang bagaimana menangani situasi dengan baik. Adanya dokumentasi serta saksi bisa lebih menguatkan keluhanmu. Ingat, kalau kamu sudah berani komplain, pastikan bahwa dirimu sendiri bukan karyawan yang patut dikomplain. Tunjukkan bahwa kamu adalah karyawan yang patut dipercaya.


Jaga kesehatan dan kebahagiaan pribadi

Menghadapi nepotisme tidak mudah. Mungkin masalahnya tidak bisa selesai dengan cepat, dan ini berpotensi membuatmu stres. Kamu harus tetap sabar, tidak terdorong emosi, dan terus mengumpulkan data serta bukti pendukung. Kamu juga bisa mengumpulkan cerita dari karyawan lain yang sama-sama merasa bahwa telah terjadi nepotisme.

Sementara masalah belum berakhir, kamu harus menjaga agar masalah itu tidak mengganggu kebahagiaan dan profesionalitasmu. Lakukan kegiatan yang menyenangkan. Jalani hobimu dengan teratur, baik itu hobi yang aktif seperti olahraga atau memasak, sampai hobi yang lebih santai seperti menonton film. Bila kamu merasa tertekan berlebihan, menjalani terapi atau konsultasi pada psikolog juga dapat membantu.


Nepotisme ada di mana-mana. Ini bukan hal baru dan terkadang tidak bisa kita hindari. Tapi nepotisme bukan alasan untuk membuang sikap profesional dan integritas yang sudah kamu jaga selama ini. Tetaplah berpikir obyektif dan fokus pada kinerja, bukan pada gosip atau emosi-emosi negatif.

read also

BACA JUGA

Nepotisme bisa menjadi alasan karyawan terbaik mengundurkan diri

Pandang nepotisme sebagai sebuah masalah yang harus diselesaikan, bukan sebuah ketidakadilan yang ditimpakan padamu. Bila kamu menempatkan diri sebagai korban, kamu akan menyikapi masalah secara personal. Tapi bila kamu menempatkan diri sebagai orang ketiga, kamu bisa mengerahkan energi untuk mencari solusi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here