Review kinerja karyawan adalah proses evaluasi yang penting untuk dilakukan secara rutin. Tapi di balik manfaatnya, kegiatan ini juga berpotensi menimbulkan dampak negatif. Sebuah survei dari Adobe menunjukkan bahwa 72 persen karyawan di Amerika menganggap review kinerja adalah hal yang menghabiskan waktu. Sementara 59 persen berkata bahwa review tidak mempengaruhi cara mereka bekerja.
Buang-buang waktu, tidak efektif, dan menurunkan semangat. Itulah tiga karakteristik negatif review kinerja di perusahaan. Tapi ada beberapa cara yang bisa kamu terapkan supaya proses review tetap memberikan nuansa positif, serta membuat karyawan merasa dihargai atas kontribusi mereka. Berikut di antaranya.
Fokus pada situasi, bukan disposisi
Ketika seseorang melakukan kesalahan, kita bisa dengan mudah menyematkan label-label tertentu pada orang tersebut. Misal ada karyawan yang marah-marah pada suatu waktu, kita kemudian menyebutnya sebagai “pemarah” atau “temperamental”. Padahal kejadian tersebut hanya sekali, tapi kita menjadikannya ukuran sikap si karyawan secara keseluruhan.
Penilaian seperti ini disebut sebagai penilaian disposisi, dan sangat rawan membuat orang lain tersinggung. Kita seharusnya mengkritik perilakunya, bukan orangnya, dan harus memperhatikan juga situasi apa yang terjadi saat itu. Jangan melabeli si karyawan sebagai seorang pemarah, tapi katakan dengan jelas bahwa dia marah ketika terjadi situasi tertentu.
Dengan menjabarkan situasi, kamu bisa menunjukkan apa penyebabnya dan apa dampak yang timbul akibat perilaku si karyawan. Dengan demikian, dia bisa berkaca dan melakukan introspeksi diri, bukannya malah merasa tersinggung. Setiap kepala tim atau manajer harus tahu caranya memberi kritik berdasarkan situasi dan mencari solusi bersama.
Berkomunikasi secara manusiawi
Jangan hanya berbicara tentang angka dan target, tapi gunakan review performa sebagai sarana untuk berkomunikasi lebih dekat. Tanyakan pada karyawan, apa yang ingin dia pelajari? Proyek seperti apa yang ingin dia pimpin? Apakah ada sesuatu yang ia takutkan? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantumu memahami kendala yang menghambat kinerja serta karier profesional karyawanmu.
Untuk melakukan hal ini, kamu butuh persiapan yang matang sebelum review. Cari sudut pandang dari pihak lain tentang topik review yang akan kamu bahas, kumpulkan masukan sebanyak mungkin, dan beri masukan yang konstruktif. Mengadakan rapat antar manajer secara rutin juga bisa membantu.
Buang kekhawatiran akan kompensasi
Review tidak seharusnya memunculkan kekhawatiran pada karyawan, apalagi seputar masalah kompensasi. Apabila karyawan meninggalkan ruangan review dengan keadaan merasa terancam tidak mendapat promosi, atau takut kehilangan pekerjaan, mereka tidak akan bisa maju dengan kondisi mental yang positif.
Review harus fokus pada diskusi dan feedback yang bermanfaat. Ingatlah bahwa meskipun rasa takut bisa memotivasi seseorang, terlalu banyak justru akan menurunkan semangat. Beri tahu karyawan apa topik yang akan dibahas sebelum review, misalnya progres dan tujuan spesifik, dan jadikan review kinerja sesuatu yang ditunggu-tunggu, bukan ditakuti.
Jangan jadi reviewer, jadilah coach
Pemimpin harus menjadi coach (pelatih) yang fokus pada peningkatan kualitas karyawan di masa depan, bukan reviewer yang terjebak di masa lalu. Perbedaan mindset ini akan membuat proses review berubah total. Bila kamu berperan sebagai reviewer, yang kamu lakukan adalah menghakimi seseorang atas kesalahannya. Tapi sebagai coach, kamu mencari solusi agar karyawan menjadi lebih hebat demi kebaikan bersama.
Proses coaching ini dimulai dari membangun relasi yang baik. Adakan sesi coaching empat mata antara karyawan dengan atasannya. Biarkan coach memberi tahu apa yang berjalan baik, apa yang bisa ditingkatkan, dan apa pendapat mereka tentang si karyawan. Proses ini disebut “coach and connect”.
Tepati jadwal
Sebaik-baiknya metode yang kamu gunakan, review tetaplah sebuah penilaian bagi karyawan. Karena itu, wajar bila karyawan akan mengalami masa gugup atau cemas menjelang review. Jangan mengubah-ubah jadwal review karena itu bisa membuat kondisi mental karyawan menjadi semakin kacau.

BACA JUGA
Inilah mengapa review tidak mempengaruhi performa
Tetapkan jadwal yang pasti untuk proses review, dan patuhi jadwal tersebut. Dorong para manajer untuk mengingatkan bawahannya ketika proses review sudah dekat, dan jangan lupa untuk memberi pujian atau pengakuan terhadap pencapaian mereka.
Sudah saatnya review kinerja mengalami perubahan. Proses ini harus menjadi kegiatan positif yang berdampak pada peningkatan performa, bukan malah membuat karyawan cemas atau stres. Berikan pengakuan atas keberhasilan mereka, dan jadilah seorang coach di lapangan. Niscaya karyawanmu akan tumbuh menjadi sebuah tim dengan mental juara.
Sumber: Heather R. Huhman/Entrepreneur